Kemarahan Manusia terbagi dalam beberapa Tingkatan



Marah berarti perubahan internal atau emosional yang dapat menimbulkan perilaku yang agresif sebagai pelampiasan guna mengobati apa yang ada dalam hati. Marah Berasal Dari Reaksi Emosional Akut. Ditimbulkan oleh sejumlah situasi yang merangsang, termasuk ancaman, agresi lahiriah, pengekangan diri, serangan lisan, kekecewaan atau frustasi. Marah dicirikan oleh reaksi kuat pada sistem saraf otonomik, khususnya oleh reaksi darurat pada bagian Simpatetik, yang secara Implisit disebabkan oleh reaksi serangan lahiriah, baik yang bersifat Somatis atau Jasmani maupun yang Verbal atau Lisan.

Kemarahan manusia terdiri dari berbagai macam dan tingkatan. Masing-masing manusia memiliki tingkatan dan perilaku yang berbeda-beda.


Al-Ghazali mengungkapkan bahwa kemarahan manusia itu banyak macamnya, ada yang cepat marah, lalu cepat pula redanya, dan ada pula yang terlambat marah tapi cepat redanya. Tingkatan marah itu sendiri dibagi menjadi beberapa tingkatan sebagai berikut:


1. Marah Tak Terkendali

Ini ditandai jika seseorang didominasi oleh amarah yang dapat membuatnya keluar dari Sifat Rasional dan Aturan Agama. Terjadinya kondisi semacam ini disebabkan oleh dua faktor, yakni Faktor Pembawaan Dan Kebiasaan. Banyak orang yang mempunyai kebiasaan pemarah sebagai sifat bawaan. Ini biasanya terlihat di matanya. Pembawaan itulah yang dapat menyulut hati menjadi panas, karena Sifat Marah memang disimbolkan bersumber dari Api. Ini sebagaimana Sabda Rasulullah Saw, "Marah itu menyulut api di hati bani Adam. Tidakkah engkau perhatikan matanya memerah dan urat lehernya mengembang," (HR Al-Tirmidzi).


Faktor lainnya sering diakibatkan oleh lingkungan yang menganggap kemarahan sebagai simbol keberanian dan kejantanan. Orang yang memiliki sifat seperti ini, bila diberitahu atau dinasihati, tidak akan memperhatikan. Sebaliknya ia akan semakin meningkatkan kemarahannya. Bila diminta untuk mendapatkan sinar dari akalnya serta mengendalikan dirinya, ia tetap saja tidak berdaya meredakan marahnya, sehingga Cahaya Akalnya Redup. Pada kondisi seperti ini seseorang kehilangan kekuatan dan tidak berdaya.


2. Marah Terkendali

Terkait hal ini, Allah Swt berfirman sebagai berikut:


محَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى


الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ


"Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersamanya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang kepada sesama mereka. "

(QS. Al-Fath [48]: 29).


Kondisi ini menunjukkan adanya dorongan kuat yang ditimbulkan oleh rangsangan dari faktor rasional dan agama. Seperti ketika terpancing marah yang mengharuskan seseorang melakukan pembelaan atau pembalasan.


Para ahli berpendapat bahwa marah itu boleh dilakukan oleh seseorang pada kondisi tertentu. Bila marah sering dilakukan oleh seseorang pada kondisi yang salah atau sebab yang tidak jelas, maka hal itu merupakan tanda dari adanya gangguan mental. Respons marah sifatnya fluktuatif (naik- turun) dalam rentang Adaptif-Maladaptif (menerima dan menolak).


Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.


Frustasi adalah respons yang terjadi akibat gagalnya mencapai tujuan yang Tidak Realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak ditemukan alternatif lain. Selanjutnya, seseorang merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan, dan terlihat pasif.


Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol. Perilaku yang tampak dapat berupa: muka masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan. Mengamuk lebih tinggi tingkatannya daripada marah, karena mengamuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol diri terhadap orang lain, dan lingkungan. 


Adapun proses terhadap kemarahan, responsnya dapat diungkapkan melalui tiga cara:


  1. Mengungkapkan secara verbal.

  2. Menekan.

  3. Menantang.


Dari tiga cara ini yang pertama adalah Konstruktif (membangun), sedangkan dua cara lainnya adalah Destruktif (merusak).


Melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan. Bila cara ini dipakai terus-menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri atau lingkungan. Keadaan ini akan lebih tampak sebagai wujud depresi dan keagresifan diri.


Para ahli menyebutkan bahwa pada dasarnya ciri-ciri marah yang terjadi pada seseorang dapat dilihat dari beberapa aspek berikut;


1. Sisi Fisik

Respons Fisiologis timbul karena kegiatan Sistem Saraf Otonom bereaksi terhadap Sekresi Epinefrin, sehingga tekanan darah meningkat, frekuensi denyut jantung meningkat, wajah merah, pupil melebar, dan frekuensi pengeluaran urin meningkat.


Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.


Di samping itu, ada seseorang yang tidak menyukai atau marah terhadap bagian tubuhnya, seperti perut membuncit, betis terlalu besar, tubuh terlalu pendek, sehingga dapat memotivasi seseorang untuk mengubah sikap terhadap aspek dirinya.


2. Sisi Psikis

Seseorang yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati, menyalahkan, dan menuntut.


Perilaku menarik perhatian dan timbulnya konflik pada diri sendiri perlu dikaji seperti melarikan diri, bolos dari sekolah, mencuri menimbulkan kebakaran dan penyimpangan seksual.


3. Sisi Kecerdasan

Sebagian besar pengalaman kehidupan seseorang melalui Proses Intelektual. Peran pancaindra sangat penting untuk beradaptasi pada lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Oleh karena itu, perlu diperhatikan cara seseorang marah mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan marah, bagaimana informasi diproses, diklasifikasikan dan diintegrasikan. Gangguan fungsi pancaindra dapat menjadikan penyimpangan persepsi seseorang sehingga menimbulkan marah.


4. Sisi Kemasyarakatan

Sisi ini meliputi interaksi sosial, budaya konsep rasa percaya, dan ketergantungan emoni Marah sering merangsang kemarahan dari orang lain, dan menimbulkan penolakari dari orang lain.


Sebagian orang menyalurkan kemarahan dengan menilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga orang lain merasa sakit hati. Proses tersebut dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan, seseorang memerlukan interaksi dengan orang lain baik secara individu maupun kelompok. Rasa marah yang tak terkendali dapat mengganggu hubungan interpersonal sehingga beberapa orang memilih untuk diam atau berpura-pura tidak marah untuk mempertahankan hubungan tersebut.


5. Sisi Religiusitas


Keyakinan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah seseorang Aspek tersebut mempengaruhi hubungan seorang dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimilikinya, akan dapat menimbulkan kemarahan dan dimanifestasikan dengan perasaan tidak berdosa.


Seseorang yang beriman kepada Allah selalu memohon pertolongan dan bimbingan Nya Sering kali seseorang menuntut kebutuhannya dari orang lain atau lingkungannya. Bila tidak terpenuhi dapat menimbulkan kemarahan dan frustasi.


Ada beberapa ciri yang dapat dilihat bila seseorang marah. Berikut ini ciri-ciri tersebut


1. Wajah

Warna kulit muka menjadi berubah merah, tubuh terutama pada ujung-ujung jari bergetar keras, timbul buih pada sudut mulut, bola mata memerah, hidung kembang kempis. Gerakan juga menjadi tidak terkendali serta terjadi perubahan perubahan lain pada fisik.


2. Lidah

Lidah mudah mengeluarkan kata makian, kata-kata yang menyakitkan, dan ucapan-ucapan keji, yang membuat orang berakal sehat merasa risih mendengarnya.


3. Anggota Tubuh

Ada perasaan ingin memukul, melukai, merobek, bahkan pembunuh. Jika amarah tidak terlampiaskan pada orang yang dimarahinya, maka kekesalannya akan berbalik pada dirinya sendiri.


la akan merobek-robek pakaiannya, memukuli tubuhnya, kadangkala memukulkan tangannya ke tanah atau barangkali ia akan jatuh pingsan karena begitu kesal.


Kalaupun tidak demikian, besar kemungkinan ia akan mencari sasaran lain, seperti melemparkan piring, memukul binatang, dan mencacimaki sebagaimana tingkah laku orang yang kurang waras.


4. Hati

Di dalam hatinya akan timbul rasa benci, dendam dan dengki pada objek kemarahannya. Lalu menyembunyikan keburukan, merasa gembira dalam kedukaan sang objek, merasa sedih atas kegembiraannya, dan memutuskan hubungan serta menjelek-jelekkannya.


Penyebab marah sebenarnya bisa berasal dari luar atau dalam diri orang itu. Secara garis besar sebab yang menimbulkan marah itu berdiri dari faktor fisik dan psikis.


Faktor fisik bisa diakibatkan oleh kondisi sebagai berikut;


  1. Kelelahan yang berlebihan. Orang yang terlalu lelah karena kerja keras, akan mudah marah dan mudah sekali tersunggung.

  2. Zat tertentu yang dapat menyebabkan marah jika otak kurang mendapatkan zat asam (Oksigen) maka orang akan mudah marah.

  3. Hormon Seks pun (misalnya Estrogen pada Wanita) dapat mempengaruhi emosi seseorang. Kita dapat melihat dan membuktikan sendiri pada sebagian wanita yang sedang Haid, rasa marah merupakan ciri khasnya yang utama.


Selain faktor fisik, Ada faktor psikis yang menimbulkan marah dan sangat erat kaitannya dengan kepribadian seseorang.


Ini terutama yang menyangkut anggapan yang salah dari seorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri yang salah menghasilkan pribadi yang tidak seimbang dan tak matang. Karena seseorang akan menilai dirinya sangat berlainan sekali dengan kenyataan yang ada. Ini terlihat dengan gejala sebagai berikut;


1. Rendah Diri

Ini ditandai dengan menilai dirinya sendiri lebih rendah dari yang sebenarnya.

Orang ini akan mudah sekali tersinggung Karena segala sesuatu dinilai sebagai yang merendahkan. Akibatnya, ia mudah sekali marah.


2. Tinggi Diri

Yang bersangkutan menilai dirinya sendiri lebih dari kenyataanya yang sebenarnya. Orang yang sombong terlalu menuntut banyak pujian bagi dirinya. Jika yang diharapkan tidak terpenuhi, ia akan marah.


3. Rasa Keakuan

Ini ditandai dengan terlalu mementingkan diri sendiri atau menilai dirinya sangat penting melebihi kenyataan. Orang yang bersifat demikian akan mudah marah karena selalu terbentur pada pergaulan sosial yang bersifat apatis, sehingga orang yang egoistis tersebut merasa tidak diperlakukan dengan semestinya dalam pergaulan sosial. Biasanya orang seperti ini diselimuti rasa marah yang berkepanjangan.


Menurut para ahli, ada beberapa sebab yang dapat menimbulkan marah, seperti kesombongan, ria, senda gurau, hinaan, khianat pemaksaan, dan kezaliman, serta menuntut persoalan yang dapat memberikan kelezatan, dan yang lainnya terdapat perasaan saling hasud.


Dampak marah sendiri bisa bermacam macam.


Pertama, membahayakan tubuh. Marah tumbuh dari gejolak darah dalam hati. Kemudian bertahan pada urat-urat nadi, seperti terlihat pada wajah dan kedua mata yang memerah. Jika hal itu terjadi berulang-ulang, maka biasanya ia akan menimbulkan hipertensi, bahkan mengakibatkan terpecahnya pembuluh darah yang menyebabkan kelumpuhan. Itulah dampak dari bahaya marah terhadap tubuh.


Kedua, menodai agama. Marah kadang- kadang menyeret pelakunya untuk mengumpat orang lain, bahkan melecehkan kehormatan, merampas harta, dan menumpahkan darah mereka. Semua itu adalah dosa dan menodai agama.


Ketiga, tidak mampu mengendalikan diri. Marah menjadikan akal seolah-olah tertutup dan terhalang. Jika akal tertutup atau terhalang maka manusia menjadi tidak mampu mengendalikan dirinya.


Pada saat itulah muncul dari dalam dirinya sesuatu yang tidak terpuji, sesuatu yang dapat membawa kepada penyesalan yang tidak berguna.





"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi Ulil Albab (orang-orang yang berakal)." (QS Ali Imran: 190).